Akan kumulai cerita misteri
ini pada sebuah kost usang di pinggiran Kota Semarang.
Kalau kamu anak kost,
mungkin kamu tau dengan istilah ini “Lempar tai sembunyi pantat”, yaitu anak
kost yang tidak mau mengaku siapa yang membuat kloset tersumbat.
Tahukah kamu hukum kloset
tersumbat? Hukum kloset tersumbat terjadi ketika kotoran yang dimasukkan,
memiliki ukuran yang lebih besar dari diameter penampang lobang kloset.
Iya, itu yang terjadi di
kost saya. Lalu yang pertama kali mengetahuinya adalah Bapak Kost. Jadi ketika
Bapak Kost membuka pintu toilet, dia langsung
“Aztaghfirullah”.
Trus saya yang di belakangnya
“Pak dalam toilet tak boleh berkata seperti itu”
Toleh Pak Kost
“Oh iya, maaf lupa”
“Aztaghfirullah”.
Trus saya yang di belakangnya
“Pak dalam toilet tak boleh berkata seperti itu”
Toleh Pak Kost
“Oh iya, maaf lupa”
Lalu saya pun penasaran,
saya juga masuk ke dalam toilet untuk melihat apa yang terjadi. Ketika saya
lihat,
“Aztagfirullahaladzim…..”
Bapak Kost menegur
“Eh tidak boleh bilang begitu”
“Oh iya Pak. Saya lupa juga” balasku.
“Aztagfirullahaladzim…..”
Bapak Kost menegur
“Eh tidak boleh bilang begitu”
“Oh iya Pak. Saya lupa juga” balasku.
Kemudian sambil Bapak Kost
menutup hidung ia berkata,
“Sumpah ini bau sekali so, cepat tutup pintunya!!!!”
“Sumpah ini bau sekali so, cepat tutup pintunya!!!!”
“Oh iya, Pak”, pintunya
dengan cepat saya tutup rapat rapat.
Tapi Bapak Kost geram,
“Eh kampret, kamu keluar dulu baru tutup pintu. Kenapa ditutup dari dalam. Kita jadi terperangkap berdua dalam sini bego”.
“Eh kampret, kamu keluar dulu baru tutup pintu. Kenapa ditutup dari dalam. Kita jadi terperangkap berdua dalam sini bego”.
Setelah kami keluar dari
kawasan busuk itu. Pak kost langsung menginstruksikan untuk mengumpulkan
seluruh anak kost.
Anak kost berjejer membentuk
shaf. Kemudian Bapak kost yang ada dihadapan kami menghadap kiblat lalu takbir,
kita ibadah berjamaah. Eh bukan bukan.
Tapi Bapak kost dengan suara
beratnya, dan mata tajamnya berkata
“Siapa diantara kalian yang membuat kloset tersumbat?”
“Siapa diantara kalian yang membuat kloset tersumbat?”
Investigasipun dimulai.
Kami ketakutan melihat expresi Bapak kost yang terlihat sangat marah dengan kumisnya yang tiba tiba bercabang seperti ekor kiyubi, monster rubah milik Naruto. Tingkat kemarahan Pak kost diukur dari semakin banyaknya belahan cabang kumisnya. Kali ini kumisnya bercabang delapan, artinya dia benar benar tak terkendali.
Kami ketakutan melihat expresi Bapak kost yang terlihat sangat marah dengan kumisnya yang tiba tiba bercabang seperti ekor kiyubi, monster rubah milik Naruto. Tingkat kemarahan Pak kost diukur dari semakin banyaknya belahan cabang kumisnya. Kali ini kumisnya bercabang delapan, artinya dia benar benar tak terkendali.
Lama kami saling melirik
satu sama lain. Tapi tak ada satupun yang mengaku siapa yang membuat kloset
tersumbat.
Kemudian menyahutlah salah
satu anak kost,
“Pak.. Dari pada kita panjang lebar mencari siapa pelaku yang tidak mau mengaku itu. Lebih baik kita panggil detektif polisi untuk usut tuntas masalah ini”
“Pak.. Dari pada kita panjang lebar mencari siapa pelaku yang tidak mau mengaku itu. Lebih baik kita panggil detektif polisi untuk usut tuntas masalah ini”
Lalu saya menyekalnya,
“Eh gila, masalah sepele seperti ini saja pake panggil polisi segala. Jangan panggil polisi, Pak. Kita panggil dokter saja, biar kotorannya diambil dan dibawa ke laboraturium untuk di cocokkan DNA siapa diantara kita yang sesuai”
“Eh gila, masalah sepele seperti ini saja pake panggil polisi segala. Jangan panggil polisi, Pak. Kita panggil dokter saja, biar kotorannya diambil dan dibawa ke laboraturium untuk di cocokkan DNA siapa diantara kita yang sesuai”
Namun pada akhirnya, kita
hanya duduk membuat lingkaran, saling tukar pikiran, dan saling sharing untuk
memecahkan misteri kloset tersumbat ini. Tapi sampai tiga jam musyawarah itu
berlangsung, kami tak menemukan kesepakatan, dan kata mufakat hingga rapat
berakhir.
Setelah bubar, kami pun
masuk dikamar masing masing. Saya duduk dipinggiran ranjang dan berkata
“Syukurlah tidak ketahuan”. Untung saja yang menjadi saksi hanyalah sekumpulan
mahluk bisu: kloset, gayung dan bak air.
Tapi setelah itu, kehidupan
kami antar penduduk kost mulai kurang rukun, dan saling tak mempercayai, bahkan
saat kita bertemu pandangan kami hanya dipenuhi tatapan kecurigaan. Padahal
kloset tersumbat itu sudah diperbaiki oleh tukang kloset yang dipanggil Pak
kost.
Keesokan hari setelah kloset
kembali normal. Saya masuk lagi di kloset yang sama. Karena memang toilet di
kost hanya ada dua, pertama yaitu yang klosetnya kadang tersumbat itu, dan
kedua yang pintunya tak bisa tertutup. Otomatis saya lebih memilih yang
pintunya aman aman saja. Dan yang terjadi setelah saya transaksi dengan kloset
bajingan ini adalah? Iya benar sekali, klosetnya lagi lagi tersumbat karena
saya.
Selama 30 menit saya
berfikir keras didalam situ, untuk memecahkan masalah yang sama dengan yang
kemaren. Karena kali ini saya mau bertanggung jawab, akhirnya yang saya lakukan
adalah menyiram kloset itu dua kali lebih cepat. Jadi saya menyiramnya secepat
dua gayung per detik. Apakah yang terjadi? Eek saya bukan tambah masuk, malah
tambah naik ke permukaan kloset.
Tapi saya tak berfikir bunuh
diri karena stress didalam ruang busuk itu. Saya masih memiliki ide lagi. Jadi
saya biarkan kloset itu dipenuhi air sampai eek saya keluar dar kloset itu.
Lalu saya melihat dipojokan toilet ada lobang pembuangan air. Saringan dari
lobang pembuangan air itu saya buka. Lalu saya pegang eek saya dan membuangnya
kesitu.
Tidak tidak, tidak mungkin lah.
Tidak tidak, tidak mungkin lah.
Tapi cara saya memasukkan
eek kedalam lobang pembuangan air, persis dengan pemain golf handal. Yaitu saya
ambil air satu gayung, lalu dengan sekali tembak siram, eeknya masuk ke lubang
pembuangan tersebut.
Saya lega, akhirnya tak ada
bongkahan tokai yang terlihat didalam kloset. Tapi saya baru teringat bahwa
pipa pembuangan air itu tidak berujung ke safetictank, melainkan berujung di
selokan samping kost. Saya membayangkan eek saya akan bermuara di selokan itu.
“Tapi yasudahlah yang penting aman”.
Lalu saya keluar dengan
ceria, dan bahagia. Saya melihat ke samping kost. Seketika keceriaan itu
hilang. Saya kaget stengah kejang kejang sambil bertatapan dengan Bapak kost
yang sedang membersihkan selokan.
*Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar