Gambar cover salah satu "Suara Puisi Cerita"
Kulari
ke hutan belok ke pantai, lalu kudaki gunung lewat di lembah, kuterjangi rawah
terus ke danau, kemudian kupanjati tebing turun ke sungai, dan kulewati teluk
tiba ke bukit.
Ok maaf, lagi
kerasukan jiwa puitisnya Rangga.
Selamat pagi, selamat sore, selamat malam, selamat ulang tahun, dan kapanpun itu, yang jelas kita bertemu lagi.
Sebelumnya saya mau bilang, kalau saya selalu menganggap, diluar sana pasti ada pembaca setia saya, jadi saya mau menyapa dulu.
Sebelumnya saya mau bilang, kalau saya selalu menganggap, diluar sana pasti ada pembaca setia saya, jadi saya mau menyapa dulu.
Apa kabar teman teman? Apa kabar luka bakarmu? Luka yang kau dapatkan
saat meluapnya api cemburu dari dalam dada saat melihat si doi jalan dengan
yang lain. Ududu becanda, kau pasti sudah menemukan pemadam yang dapat
menggantikan bara cemburu itu menjadi bara cinta, bukan?
Ok, jangan ada pembahasan mantan diantara kita fix? Siip.
Ok, jangan ada pembahasan mantan diantara kita fix? Siip.
Kali ini saya mau
mengajak teman teman untuk melihat dimensi lain dari tulisan tulisan yang
pernah saya buat. Ok, belum paham? Tak usah mengerti dulu.
Jadi selama ini saya
berfikir, ketika saya melakukan sesuatu tidak dalam sebuah peningkatan, itu
berarti saya tidak benar benar ada di dunia itu. Setidaknya dunia yang selama
ini kita tau, perlu sedikit dekorasi untuk membuatnya tidak terlalu
membosankan. Jadi kalau tidak dengan sebuah peningkatan. Dengan sedikit
perubahan, dan perbedaan juga tak masalah. Mungkin inilah alasan, kenapa saya
termasuk tipe orang yang cepat bosan ketika melakukan sesuatu yang tidak
memiliki fluktuasi yang menarik.
Ok, basi basanya
cukup.
Pada intinya adalah,
akhir-akhir ini saya sedang mencoba memberi dimensi baru dari sebuah tulisan. Lebih
tepatnya media penyampaiannya tidak melulu dengan bacaan visual. Tapi dengan
penyampaian audio. Walaupun tujuan dasarnya sama saja: Untuk menyampaikan pesan,
untuk menjawab keresahan, untuk mencuri kesempatan melepas curhatan, untuk mencuri BH nenek nenek dijemuran. Kalau biasanya
teman teman hanya melihat tulisan, nah sekarang teman teman bisa mendengarkan
tulisan (Siapa tau tulisan juga bisa mendengarkan teman teman).
Sederhananya, saya
membacakan tulisan yang saya buat sendiri (karena tak ada orang yang sudi membacanya) , dengan sedikit modifikasi kalimat agar sesuai dengan bahasa pembacaan. Tentunya dengan lumuran irama, lagu, instrument, nada dering, nada desah artis jepang (ini abaikan) sebagai backsoundnya. Saya menyebutnya “Suara Puisi Cerita”.
Dan output medianya
adalah soundcloud
(Ini akun soundcloud saya). Semacam sosial media yang hanya berisikan suara desah artis jepang. Pada
umumnya kebanyakan user memosting nyanyian. Tapi karena suara saya jelek, dan
kalo bernyanyi kayak suara belut kejepit resleting. Jadi akhirnya saya hanya
memosting “Suara Puisi Cerita”.
Bagusnya sosmed ini adalah, teman teman sudah punya akun (gaul) atau tidak (kampungan), tetap saja kamu kamu bisa mendengarkan apa saja yang ada didalamnya. Selama teman teman tau nama akun pengguna yang mau didengarkan.
Bagusnya sosmed ini adalah, teman teman sudah punya akun (gaul) atau tidak (kampungan), tetap saja kamu kamu bisa mendengarkan apa saja yang ada didalamnya. Selama teman teman tau nama akun pengguna yang mau didengarkan.
Dan ini dia daftar “Suara
Puisi Cerita”. Selamat mendengarkan dan selamat menyiksa telinga:
Wanitaku
Dokter Cinta
Dokter Cinta
Jangan Menunggu
Putri Cinta
Bekal Untukmu Dipencarian Cinta
Cinta Sejati
Lelaki yang Selalu Kau Keluhkan
Untuk Orang-orang Gagal Move On
Untuk Orang-orang Patah Hati
Dengan Mudahnya Kau Meninggalkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar