Rabu, 18 November 2015

Suara Puisi Cerita

Gambar cover salah satu "Suara Puisi Cerita"

Kulari ke hutan belok ke pantai, lalu kudaki gunung lewat di lembah, kuterjangi rawah terus ke danau, kemudian kupanjati tebing turun ke sungai, dan kulewati teluk tiba ke bukit.

Ok maaf, lagi kerasukan jiwa puitisnya Rangga.

Selamat pagi, selamat sore, selamat malam, selamat ulang tahun, dan kapanpun itu, yang jelas kita bertemu lagi.

Sebelumnya saya mau bilang, kalau saya selalu menganggap, diluar sana pasti ada pembaca setia saya, jadi saya mau menyapa dulu. 

Apa kabar teman teman? Apa kabar luka bakarmu? Luka yang kau dapatkan saat meluapnya api cemburu dari dalam dada saat melihat si doi jalan dengan yang lain. Ududu becanda, kau pasti sudah menemukan pemadam yang dapat menggantikan bara cemburu itu menjadi bara cinta, bukan?

Ok, jangan ada pembahasan mantan diantara kita fix? Siip.

Kali ini saya mau mengajak teman teman untuk melihat dimensi lain dari tulisan tulisan yang pernah saya buat. Ok, belum paham? Tak usah mengerti dulu.

Jadi selama ini saya berfikir, ketika saya melakukan sesuatu tidak dalam sebuah peningkatan, itu berarti saya tidak benar benar ada di dunia itu. Setidaknya dunia yang selama ini kita tau, perlu sedikit dekorasi untuk membuatnya tidak terlalu membosankan. Jadi kalau tidak dengan sebuah peningkatan. Dengan sedikit perubahan, dan perbedaan juga tak masalah. Mungkin inilah alasan, kenapa saya termasuk tipe orang yang cepat bosan ketika melakukan sesuatu yang tidak memiliki fluktuasi yang menarik.

Ok, basi basanya cukup.
Pada intinya adalah, akhir-akhir ini saya sedang mencoba memberi dimensi baru dari sebuah tulisan. Lebih tepatnya media penyampaiannya tidak melulu dengan bacaan visual. Tapi dengan penyampaian audio. Walaupun tujuan dasarnya sama saja: Untuk menyampaikan pesan, untuk menjawab keresahan, untuk mencuri kesempatan melepas curhatan, untuk mencuri BH nenek nenek dijemuran. Kalau biasanya teman teman hanya melihat tulisan, nah sekarang teman teman bisa mendengarkan tulisan (Siapa tau tulisan juga bisa mendengarkan teman teman).

Sederhananya, saya membacakan tulisan yang saya buat sendiri (karena tak ada orang yang sudi membacanya) , dengan sedikit modifikasi kalimat agar sesuai dengan bahasa pembacaan. Tentunya dengan lumuran irama, lagu, instrument, nada dering, nada desah artis jepang (ini abaikan) sebagai backsoundnya. Saya menyebutnya “Suara Puisi Cerita”.

Dan output medianya adalah soundcloud (Ini akun soundcloud saya). Semacam sosial media yang hanya berisikan suara desah artis jepang. Pada umumnya kebanyakan user memosting nyanyian. Tapi karena suara saya jelek, dan kalo bernyanyi kayak suara belut kejepit resleting. Jadi akhirnya saya hanya memosting “Suara Puisi Cerita”.

Bagusnya sosmed ini adalah, teman teman sudah punya akun (gaul) atau tidak (kampungan), tetap saja kamu kamu bisa mendengarkan apa saja yang ada didalamnya. Selama teman teman tau nama akun pengguna yang mau didengarkan.

Dan ini dia daftar “Suara Puisi Cerita”. Selamat mendengarkan dan selamat menyiksa telinga:

Wanitaku

Dokter Cinta

Jangan Menunggu

 Putri Cinta

 Bekal Untukmu Dipencarian Cinta

 Cinta Sejati

 Lelaki yang Selalu Kau Keluhkan

 Untuk Orang-orang Gagal Move On

 Untuk Orang-orang Patah Hati

 Dengan Mudahnya Kau Meninggalkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar