Kamis, 09 April 2015

Ujian Cinta


Ujian Cinta 
Malaikat dapat mencintai Pencipta dengan cara yang sempurna. Bukan aku iri karena ia bisa mencinta pada sang Pencipta satu-satunya. Hanya saja hati manusia diciptakan untuk bisa pula mencintai sesama. Maka tak heran ujian tersulit bagi manusia adalah ujian rasa, dan cinta. 
Sulitnya cinta adalah, ketika belum tiba saatnya untuk boleh memilikinya, maka ia hanya sebuah ujian rasa yang tidak jarang memberikan lara. Hingga ketika datang sebuah rasa cinta, aku harus memaksa jiwa untuk berfikir ini hanya sementara. Kepada kamu yang kutujukan rasa, aku hanya bisa menutupinya. 
Justru jika aku memperlihatkannya, aku takut memberi cinta, lebih dari yang kuberi untuk-Nya. Yang membuat kita kan mendapat sebuah musibah, semacam dijauhkan karena kegagalanku menghadapi ujian rasa. Tolong jangan membuatku gunda. Aku hanya ingin melewatinya. 
Dihadapanmu aku ingin terlihat biasa. Tanpa ada rasa canggungg dan curiga. Tanpa ada rasa cemburu dan prasangka. Hanya sebatas titipan rasa yang tak boleh dimiliki seutuhnya. 
Hanya Sesederhana pohon yang mencintai cahaya. Dapat merindu hangatnya dikala mulai senja. Dapat menanti kedatangannya disaat pagi buta. Bahkan saat siang tiba dapat berjumpa sosoknya sembari bertukar sapa. Dengan tanpa ada murka atau amarah dari sang Pencipta.
Sekian


Eh tunggu dulu. Aku yakin kau tak benar-benar paham maksud sajak diatas. Takkan kubiarkan kau pergi tanpa tau dulu maksud dari apa yang ingin kusampaikan. Baiklah anak manja, akan kujelaskan sedikit tiap-tiap bait atau tiap-tiap paragraf dari puisi itu.
Penjelasan "Ujian Cinta"

Bait 1: Malaikat kan diciptakan hanya untuk mencintai sang pencipta. Sedang manusia diciptakan hatinya untuk mencintai sang pencipta, dan juga sesama. Maka kita sebagai manusia, diuji untuk bagaimana caranya kita bisa memberi cinta kepada sang pencipta, tanpa terganggu oleh perasaan cinta kepada sesama.

Walaupun cinta yang kita berikan kepada tuhan, berbeda dengan cinta yang kita beri untuk sesama, tapi maksudku adalah: jangan sampe karena kita terlalu mencintai sesama, kita lupa untuk memaksimalkan cinta untuk sang pencipta. Jadi itulah alasanku mengapa menganggap ujian cinta merupakan ujian tersulit, setidaknya untuk problem diumur saat ini (orang yang sudah menikah mungkin beda problem).
Bait 2: Nah, sulitnya cinta adalah, ia hanya menjadi sebuah ujian dan cobaan sampai tiba waktunya untuk kita boleh memilikinya (setelah menikah). Jadi maksudnya, perasaan cinta yang datang sebelum kita menikah, itu hanya ujian dan cobaan semata. Karena sebelum menikah, kita tidak dikatakan boleh memiliki perasaan itu. Sehingga lebih baik berfikir bahwa semua rasa cinta saat ini, hanyalah sementara, kemudian tetap menjaga rasa itu untuk tidak terlihat. Sampai kapan harus menutupinya? sampe kita benar-benar siap untuk memantaskan diri menerima jodoh kita.
Bait 3: Nah, mungkin kau berfikir. Bukankah memendam rasa cinta itu justru hanya akan menyiksa diri?. Coba lihat jika aku mengungkapkannya:

1. Pertama, apabila kau tak menyangka aku punya rasa (kau menolak). Kau akan terus-terusan merasa canggung kepadaku bahkan hanya untuk mengobrol, tersenyum, atau bahkan bertukar sapa. Kalaupun masih tersisa obrolan, canda, tawa yang ada sekarang, itu tidak akan seikhlas dulu saat kau belum tau apa-apa. Sehingga yang terjadi apa? Semakin lama hubungan kita akan semakin renggang, hingga ahirnya kita malah saling berjauhan.

2. kedua, jika kau meresponnya (kau menerima). Aku takut kita tak bisa menahan perasaan untuk terus bersama. Kemudian semakin lama kita bersama, aku yakin semakin kita jauh dari-Nya (semakin dekat dengan setan). Bahkan cinta yang kita beri untuk sang pencipta sebelumnya malah berkurang, atau jauh dari kata maksimal. Akhirnya, Tuhan akan marah kepada kita sebagai balasan kita tak dapat melewati ujiannya. Sehingga yang terjadi apa? kita akan saling dijauhkan sebagai karma kita menentang aturannya. 

Nah, kamu liat kan? apapun jawaban kamu saat aku mengungkapkan perasaan ini, hanya akan menjauhkan kita satu sama lain.
Bait 4: Makanya aku ingin terlihat biasa saja, seperti seseorang dengan tanpa perasaan apa-apa kepadamu. Karena hidupmu disekitarku, sudah cukup bagiku untuk mensyukurinya. Juga biarlah ujian cinta ini hanya menguji kemampuanku untuk menutupi rasa ini. Dengan begitu kamu tidak akan ikut campur apa-apa dalam ujian ini. Aku juga masih yakin, bahwa setiap cinta yang kita lihat, itu hanya titipan rasa yang tidak boleh dimiliki seutuhnya hingga tiba saatnya. Dan pasti akan tiba saatnya. Makanya aku tak perlu khawatir.
Bait 5: Terakhir, aku hanya anak muda biasa yang juga ingin mencinta, tapi dengan tanpa ada karma, atau amarah dari sang pencipta.

Hanya sesederhana pohon yang mencintai cahaya. Walau pohon selalu berdiam saja, tapi ia selalu merindukan cahaya dikala mulai senja (mulai tenggelamnya cahaya). Walau pohon tak pernah mengeluhkannya, tapi ia tetap setia menanti kedatangan cahaya dipagi buta. Bahkan walau cahaya tak tau apa-apa, disaat siang tiba, sang pohon sangat membutuhkan sapaan sang cahaya. Lihat betapa cintanya sang pohon kepada cahaya? Hebatnya lagi, apakah tuhan murka atas kecintaan pohon kepada cahaya? Tidak kan? Kenapa? Yah, karena pohon selalu mampu menjaga perasaan yang ia punya.

Nah, jadi aku hanya ingin mencinta dari dalam dada, sesederhana pohon yang diam-diam mencintai cahaya. Aku hanya ingin sesederhana itu.
SEKIAN

**Bayangkan kalau pohon menyatakan perasaanya kepada cahaya. Dan ternyata cahaya pun punya perasaan yang sama kepada sang pohon. Hingga mereka memutuskan untuk terus bersama. Bayangkan mereka ingin terus bersama? Apa Tuhan tidak marah? Gara-gara cahaya tak ingin meninggalkan pohon, bumi jadi siaaaannggg terus. :p

Salam hangatku, untuk
Orang yang kau sayangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar