Jumat, 01 Mei 2015

Wanita Pengingat Tidurku


Aku bermimpi menikah dengan wanita yang berprofesi sebagai dokter. Tapi dihari aku mengikat akad dengannya. Aku ingin ia hanya menjadi dokter keluarga saja. Tak perlu mencari nafkah, tak perlu kerja di rumah sakit, dan tak perlu buka klinik segala. Cukup mempersiapkan diri sebagai madrasah pertama untuk anak-anakku nanti. Cukup selalu berada satu saf dibelakangku untuk menemani ibadahku. Cukuplah aku ingin terus melihatnya di rumah dengan segala urusan dapurnya, urusan mencucinya, dan urusan-urusan tentang syariinya.
Aku janji, takkan membuatnya hawatir perihal kecukupan kebutuhan keluarga. Karena memang sudah tugasku untuk mencari rezeky, karunia, dan segala ridho-Nya untuk keluarga. Aku janji, takkan membuatnya menyesal telah meninggalkan pekerjaannya bersama teman-teman dokternya. Aku ingin ia lebih menjaga kesehatan diri, dan anak-anaknya. Akupun janji, takkan membatasi keinginannya untuk menambah pengetahuan tentang dunia kedokterannya, takkan melarang ajakan teman dokternya yang membutuhkan bantuannya. Karena aku yakin, segala kualitas akal, dan perilakunya itu akan diturunkan keanak-anaknya nanti. Aku ingin ia mencerdaskan otak, dan moral keturunan.
Alasan lainnya. Karena aku tak pernah suka dengan rumah sakit. Jadi ketika aku sakit, dia sekaligus menjadi dokter pribadiku saja. Cukuplah rumah keluarga sebagai rumah sakitnya. Denga begitu, aku tak perlu khawatir akan kesehatan pertumbuhan anak-anakku nanti.
Oh iya, alasan lainnya juga karena aku ingin melihatnya sebagai ahli dapur. Aku tak ingin ia rancu dengan pekerjaannya sebagai ahli dokter. Aku tak ingin ia memasak dari resep dokter. Aku tak ingin berpura-pura makan enak dihadapannya. Aku ingin ia benar-benar pandai memasak, untuk menciptakan kehangatan di meja makan.
Nah jika aku boleh berpesan untuk kamu yang nantinya akan menjadi wanita yang selalu kulihat tiap aku membuka mata di pagi hari.

Mulai sekarang, belajarlah masak tidak memakai bahan yang pedas-pedas. Pendamping hidupmu ini, tak kuat makan pedes berlebihan.

Jika suatu saat nanti aku suka begadang karena pekerjaan. Ingatkanlah aku untuk istirahat.

Kalau suatu saat aku marah, bujuk aku dengan suara lembutmu. Kalo aku mulai berlebihan, ancam saja aku untuk tidur di teras rumah.

Nanti, setiap aku pulang kerja, jangan banyak tanya dulu. Siapkan air putih dulu, baru cerita. Lelah tauk.

Kalau nanti aku kelamaan main diluar bersama teman-teman. Menelpon lah!! pura-pura lah kau rindu berat. Dan katakan kamu ingin aku pulang saat itu juga.

Kalau misalnya hubungan kita mulai kurang harmonis lagi, buatkan saja aku teh. Dan jangan sungkan untuk diomongkan!!. Beritahu saja aku tempat hiburan, atau wisata yang ingin kau kunjungi.

Kalau suatu saat kamu lagi pengen makan sesuatu. Beritahulah aku seakan kamu lagi mengidam berat. Kalau aku menunda karena sibuk, tunjukkan saja nada-nada muka memelasmu.

Terakhir jangan lupa bangunkan aku untuk sholat subuh. Jangan lupa kita tetap dijalan yang sama. Dijalan untuk mencapai petunjuk surga-Nya. Kamu ingin bersama hingga dikehidupan selanjutnya kan? Ayook.
Haha, konyol yah? Jika saja, masa depan adalah hasil dari doa saat ini, maka seperti itulah kira-kira gambaran dihari dewasaku. Tapi apapun itu, masalah jodoh bukanlah masalah keinginan, tapi masalah takdir. Kita sih, bisa meminta banyak hal yang kita inginkan, tapi sang pemberi cinta selalu lebih tepat untuk memilihkan pasangan yang kita butuhkan. Hingga hari itu tiba, tulisan ini akan kujadikan bahan candaan, untuk ku tertawai bersama anak-anakku, dan sang penyedia sarapan keluargaku, disuatu pagi, dihari kelak nanti.
Salam Hangatku,

Untuk Seseorang Yang Selalu Ada Dalam Doamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar